Hay semua akhir ketemu lagi ya setelah beberapa hari ga
nulis lagi. Seelumnya saya mau minta maaf kalau bahasa yang saya pakai agak
campur aduk dan terkesan berantakan bahasanya. Sebenarnya sih pengen banget
nulis dengan bahasa Indonesia baku dan terkadang diselingi dengan berbagai
bahasa daerah tapi karena keterbatasan saya dalam mengolah bahasa jadi ya
beginilah jadinya. Tapi sebelumnya terimakasih kepada mas nanang yang sudah
mengajari saya menulis dan menginspirasi tulisan-tulisan saya. Semoga kedepannya
tulisan saya bisa sebaik tulisan mas nanang yang bisa mengambil dari berbagai
sudut pandang. Oke tidak berpanajng lebar mari kita lanjutkan cerita kemarin “Sebuah Kisah Dimulai”.
Ya hari itu saya dan arif dating terlalu pagi sampai bandara
walau ada beberapa calon penumpang pula yang sudah berada di bandara. Layaknya
anak ayam yang ditinggal oleh induknya kami berdua seperti orang yang
kebingungan harus bagaimana dulu. Secara ini adalah pengalaman pertama kami
masuk bandara. Setelah Tanya sana sini (muka tembaok aja deh yang penting tahu)
akhirnya kami masuk ke bandara dan langsung menuju ke bagian check in. Setelah
mendapatkan tiket kami duduk di ruang tunggu (kalau tidak salah di samping outlet
roti apa kopi gitu). Berhubung belum sarapan yang lumayan menggoda juga bau
dari roti-roti itu. Tapi rasa menggoda itu terkalahkan oleh rasa grogi takut
ketinggalan pesawat. Sambil clingukan kakan kiri akhirnya saya melirik-lirik seorang
cewek yang duduk di samping saya sedari tadi.
Tau apa yang saya dapatkan waktu? Yah sebuah rasa
kegembiraan karena ternyata tiketnya sama yaitu ke BALI. Saya pun kemudian
menyenggol si Arif sambil berkata “Pokoknya nanti kalau mbak-mabk seblah
berdiri kita ikutin aja. Tiketnya sama-sama ke BALI dari pada kita ketinggalan
pesawat kan ga lucu”. Beberapa saat kemudian dari speaker terdengar panggilan
untuk penumpang singa terbang yang akan menuju ke BALI. Mbak-mbak di samping
saya pun berdiri menuju gate yang dimaksud dalam pengumuman tadi. Setelah
mengantri yang cukup panjang dan lumayan desak-desakan kayak antri sembako,
akhirnya kami pun meuju pesawat singa terbang yang sudah terparkir. Rasa
nano-nano (rasa takut, penasaran, dll) saya rasakan saat itu. Setelah naik ke
pesawat kami mencari tempat duduk sesuai dengan yang tertera di tiket kami dan
ternyata tempat duduk kami ada di dekat sayap pesawat.
Beberapa saat kemudian terdengar pengumuman di pesawat yang
isinya peragaan keselamatan pesawat yang diperagakan oleh beberapa pramugari
yang cantik-cantik itu :D. Kami memperhatikan dengan seksama karena baru
pertama jadi sekalian pengen tahu bagaimana caranya. Setelah itu tibalah
pesawat jalan ke landasan pacu untuk segera mengudara. Saat detik-detik take
off itu yang ada dalam pikiran saya adalah “kok kayak naik angkot ya
gruduk-gruduk gitu” namun begitu pesawat mengudara rasa takut yang dari kemarin
menghantui tiba-tiba sirna karena melihat begitu indahnya daratan, pantai dan
laut dari ketinggian. Perasaan ingin mengabadikan moment itu sangatlah besar,
namun kami takut untuk melakukannya karena ada pengumumang bahwa dilarang
mengaktifkan peralatan elektronik selama penerbangan.
Saat kami berbincang mengenai keindahan yang terpampang dengan
jelas didepan mata kami saya melihat barisan bangku sebelah ada sepasang
kekasih (mungkin) yang sedang memfoto bagian bawah menggunakan kamera digital.
Seperti pepatah pucuk dicinta ulampun tiba, salah satu pramugari lewat dan kami
menanyakan apakah bole memfoto lewat jendela menggunakan kamera. Pramugrai pun
memperbolehkan asal jangan meggunakan lampu flash. Seperti anak kecil yang
dikasih permen kamipun segera mengeluarkan kamera dan memfoto setiap keindahan
yang terpampang dengan indah itu. Mulai dari pegunungan yang hijau, kota yang
padat dengan rumah-rumah, birunya lautan dan putihnya awan menjadi objek yang
membuat kami takjub (waktu itu).
Tanpa terasa ternyata kami sudah terbang kurang lebih
sekitar satu jam dan saatnya kami turun lagi ke daratan karena pulau yang kami
tuju sudah terlihat dari jendela pesawat. Setelah landing kami pun segera
menuju ke pintu keluar di bandaara Ngurah Rai mencari panitia yang menjemput
kami sampai akhirnya kami bertemu dengan peserta lain yang ternyata juga satu
pesawat dengan kami. Sebenarnya saya sudah 2x dating ke Pulai ini yang pertama
adalah ketika study tour jaman SMP dan yang kedua adalah pada jaman SMA.
Kira-Kira apa ya yang akan kami lakukan selanjutnya di Pulau
Dewata ini dengan orang-orang yang sama sekali belum kami kenal dan bertemu
sekalipun. Mau tau??
Sambung besok lagi ya…. Bye…hehehe